Rabu, 14 Oktober 2015

Gelitik status jomblo


Judul Buku : Jomblo (prinsip atau nasib)
Penulis : Riawani Elyta, Ade Anita dkk
Penerbit : Indiva
Terbit : Februari, 2015
Tebal : 168 halaman
ISBN : 978-602-1614-49-5

Buku yang berjudul Jomblo (prinsip atau nasib) ini sebenarnya sudah ada di tanganku beberapa waktu lalu. Namun karena (lagi-lagi alasan) kesibukan kerja maka aku tak juga sempat membacanya. Beruntung beberapa hari lalu aku bisa meluangkan waktu untuk membaca dan hari ini aku meluangkan waktu untuk menuliskan resensinya.

Buku yang merupakan kumpulan tulisan dari 11 orang penulis keren ini terbagi dalam 2 bagian. Bagian pertama adalah Ya Jomblo, Ya Nasib. Sementara bagian kedua adalah Saya Jomblo, Saya Bahagia. Kata Pengantar yang ditulis cantik oleh Riawani Elyta telah mampu sedikit banyak memberikan gambaran tentang apa yang tertulis pada masing-masing bagian buku ini.

Pada bagian pertama pembaca akan dihadapkan pada berbagai kisah dan cerita tentang orang-orang yang dihantarkan nasib menjadi jomblo. Mereka adalah orang-orang yang gagal menjalin hubungan asmara. Namun perjalanan waktu membuat mereka sadar dan dapat mengambil hikmah dari ke-jomblo-an mereka itu.
Sekarang aku mengerti jodoh itu  di tangan Tuhan. Sekuat apapun kita berusaha, jika Tuhan tak mengizinkan, maka tak akan terjadi. Cinta pun tak bisa dipaksakan. Cinta itu datang dari hati. Yang terpenting lagi, janganlah menerima seseorang karena kamu sedang kesepian, tetapi terimalah ketika kamu sudah siap untuk berbagi. (halaman 62)

Sementara pada bagian kedua pembaca akan dihadapkan pada situasi yang berbeda dari bagian pertama. Para jomblo di bagian kedua ini adalah mereka-mereka yang memang memilih untuk men-jomblo. Mereka memiliki prinsip untuk menjaga diri dan menjaga hati sampai jodoh datang menjemput. Tentu saja, prinsip yang mereka pegang itu dihadapkan banyak tantangan, cemoohan dan juga hinaan dari lingkungan. Namun mereka benar-benar teguh memegang prinsip dan bangga menjadi jomblo.
Saat ini saya semakin yakin bahwa memang jodoh bukan untuk dirisaukan. Dari pada memilih pacaran sebagai jalan mendapatkan jodoh, alangkah baiknya jika kita sibuk memperbaiki diri. Memantaskan diri. Urusan siapa pasangan kita, cukup berpasrah pada-Nya. (halaman 128)

Kekurangan :

Menurut kacamataku, kekurangan dalam buku ini lebih banyak pada kesalahan ketik yang muncul di beberapa halaman. Beberapa kesalahan ketik yang aku temukan antara lain :

  • Halaman 19: Saya percaya hadirnya. Dia dalam hidup saya bukan sekedar kebetulan, --> Seharusnya ditulis : Saya percaya hadirnya dalam hidup saya bukan sekedar kebetulan,
  • Halaman 31: Kutanyakan Nina pendapatnya. --> Sepertinya yang dimaksud Nina di sini adalah Nita, karena sebelumnya yang disebut-sebut adalah nama Nita, sedangkan nama Nina "ujug-ujug" (dan hanya) muncul di halaman 31 itu.
  • Halaman 81: Mario yang pernah jadi anak band mulai berkilah, "Maaf kak, saya nggak hafal liriknya, tapi saya hafal chord gitar lagu ini." --> Sepertinya yang dimaksud Mario di sini adalah Wowo, karena pada alinea di bawahnya ditulis : Wowo bertugas mengiringi dengan gitar dan selain itu pada halaman 80 diceritakan Wowo yang piawai memainkan gitar.
  • Halaman 96: Seiring waktu, perjalanan usia, dan pengalaman hidup, saya akhirnya merasa bersyukur karena bisa melewati masa remaja dengan status jotal dan satu-satunya orang yang (pernah) menjadi pacar saya (baca: suami saya). --> Tanda kurung buka dan kurung tutup itu menurutku tak perlu ada dan seharusnya ditulis: ... dan satu-satunya orang yang (pernah) menjadi pacar saya adalah suami saya.
  • Halaman 103: saya terhindar dari penyesalan andai saat remaja dulu sampai telanjur-telanjur berbuat hal-hal yang tak disukai Allah. --> Kata "telanjur" seharusnya cukup ditulis sekali.
  • Halaman 130: Bukankah menjadi muslim dengan tangan diatas juga lebih dianjurkan oleh Islam... --> Kata diatas seharusnya ditulis: di atas.
  • Halaman 144: Lebih baik aku mengerjakan tugasku dari pada mendengarkan mereka berdebat hal yang tidak tidak berguna. --> Kata "tidak" seharusnya cukup diketik sekali.
  • Halaman 144: Wajah Nadira semakin dibuat sememelas. --> Kalimat belum selesai, seharusnya setelah kata "sememelas" masih ada kelanjutannya seperti "sememelas mungkin".

Ada inkonsistensi penggunaan aku dan saya. Pada bab 1: "Terima kasih, pernah mampir dalam hidupku" menggunakan kata "ku" dalam judulnya. Namun dalam ceritanya, sang tokoh menyebut dirinya dengan "saya".

Inkonsistensi lainnya aku temukan dalam penempatan cerita di bagian yang tidak tepat. Seperti aku tuliskan di atas bahwa bagian pertama berisi kisah orang-orang yang gagal dalam menjalin asmara, sementara pada bagian kedua berisi kisah orang-orang yang memilih untuk menjomblo. Cerita "Jomblo Keep Smile" dan "Sibuklah Memperbaiki Diri, Bukan Memikirkan Kapan Jodoh Mendatangi" berkisah tentang orang-orang yang pernah menjalin asmara dan gagal. Jadi harusnya kedua cerita di atas masuk dalam bagian satu, bukan bagian dua.

Cerita yang "miss" atau kurang nyambung aku temukan pada cerita "Jomblo Itu Kesempatan" di halaman 57. Pada kalimat "Setelah pertengkaranku dengan Putri waktu itu, aku sudah tidak peduli dengan Adam".  Nah, kata "pertengkaranku dengan Putri waktu itu" benar-benar membuatku mengerutkan dahi. Walau aku sudah membolak-balik bab itu, aku tak menemukan pertengkaran di sana. Bahkan di halaman 55 diceritakan Putri masih meminjam laptop sang tokoh utama dan sang tokoh utama juga meminjamkan motornya untuk dipakai Putri bekerja agar Putri tak perlu diantar jemput Adam untuk bekerja. Jadi, kapan bertengkarnya?

Selain itu menurutku akan lebih bagus jika di sampul belakang buku pada sinopsisnya diberi tambahan keterangan "islami", misalnya tips islami dan sebagainya. Tambahan keterangan "islami" untuk menghindari kekecewaan pembeli non muslim karena kisah dan cerita di dalamnya kuat bernuansa Islam.

Kelebihan :

Nilai plus dari buku ini adalah adanya #jomblotips. Seru juga membaca berbagai tips yang ada di akhir beberapa cerita. Totalnya di buku ini memberikan 9 buah tips. Nah dari sekian banyak tips itu, aku suka membaca tips pamungkas atau tips no. 9 (halaman 140) yang penggalannya antara lain berbunyi seperti ini :

Warning! Jomblo juga punya masa kedaluwarsa!
Jangan sampai terlena dengan status jomblomu ya, friend. Tetap tingkatkan kualitas dirimu selama berstatus jomblo agar menjadi seorang high quality jomblo.
Jodoh memang telah ditetapkan oleh Sang Maha Pemberi Rahmat, tetapi jodoh juga tidak turun begitu saja dari langit tanpa kamu berusaha untuk mencari dan mendapatkannya. Semakin khusyu' kamu berdoa dan berupaya serius untuk menikah, insya Allah, langkahmu untuk bertemu jodohmu juga akan dipermudah oleh-Nya.

Selain itu ada beberapa quote menarik yang disisipkan dalam buku ini. Tentu saja quote yang ditampilkan di buku ini bermaksud untuk 'menyemangati' para jomblo agar mereka menjalani ke-jomblo-annya dengan bahagia. Salah satu quote yang menarik ada di halaman 94 berikut ini :
"Orang yang bahagia bukanlah orang yang berada dalam suatu keadaan tertentu, melainkan orang yang memiliki suatu sikap tertentu." ~ Hugh Downs

Di beberapa halaman juga ditampilkan gambar dan kata-kata yang menarik. Tentu saja, sama seperti quote yang ada di buku ini, gambar-gambar yang diselipkan dalam buku ini pun bermaksud untuk menyemangati para jomblo bahwa ke-jomblo-an yang mereka jalani bukanlah hal yang mengenaskan. Seperti gambar yang ada di halaman 206 ini.


Lay out buku ini juga menarik sekali. Di pojok atas dan bawah halaman ada gambar-gambar yang menarik. Sementara di setiap akhir bab ada gambar hati. Judul masing-masing bab juga ditulis dalam sebuah lingkaran yang di sekeliling lingkaran itu dihias dengan gambar-gambar yang menarik. Keren deh pokoknya. Apalagi pada bagian biodata penulis, lebih full gambarnya di sana.

Bahasa yang digunakan juga ringan dan mengalir lancar. Jadi pembaca tak akan merasa digurui meskipun dalam buku ini (khususnya pada bagian dua) pembaca dijejali dengan pemahaman tentang pentingnya menjaga hati dan menjaga diri sebelum memasuki dunia pernikahan.

Hingga akhirnya saya pun menyadari bahwa inilah yang berusaha dicegah oleh Islam. Islam mencoba menghindarkan hati manusia yang rapuh dari luka. Menjauhkannya dari kesia-siaan. (halaman 123)

Jomblo memang jalan yang kuambil untuk menghormati diriku sendiri serta calon bidadariku nanti khususnya. Kita masih SMA, guys, masa depan masih panjang. Sayang kan jika waktu kalian habis untuk ngurusin pacar-pacar kalian yang notabene bukan siapa-siapa. (halaman 160)

Akhir kata, buku ini menurutku sangat patut direkomendasikan pada para remaja. Tahu sendiri kan, remaja-remaja sekarang mikirnya kan "gak punya pacar itu gak kekinian" atau "gak gaul kalau gak punya pacar" dan sebagainya. Buku ini dapat menjadi pertimbangan bagi mereka sebelum mereka memutuskan untuk memiliki pacar. Dan bagi yang sedang jomblo, wajib baca buku ini biar hidup tak lagi terasa suram karena jomblo bukanlah akhir dari segalanya.

7 komentar:

  1. Makasihhh Reni sudah meresensi buku ini. Muahh

    BalasHapus
  2. Thank you yaa reviewnya. Lengkap dan keren (y)
    Ikutan lomba resensi Sayap Sakinah yuk :D

    BalasHapus
  3. wah kakak teliti banget dalam buat resensi, setelah akubaca-baca postingan kakak bagus-bagus banget kak. Bisa sharing sesekali tentang ngeblog kak :D


    The-History-of-Rarachan.blogspot.com

    BalasHapus
  4. Aduh, sayang sekali aku tidak punya pacar. :'(
    Yang kupunya hanya mantan pacar alias istri. :))

    BalasHapus
  5. Duh kayanya cocok nih buat dibaca oleh para jomblo supaya lebih tahu apa itu arti jomblo.

    BalasHapus
  6. emang lebih baik langsung nikah mbak, lebih berkah hehehe

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)