Minggu, 16 Maret 2014

Perayaan Natal Yang Menegangkan



Judul : Kidung Suka Cita
Pengarang : Mary Higgins Clark & Carol Higgins Clark
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2002
Kategori : Fiksi
ISBN : 979-22-0134-3
Tebal : 232 halaman

Tulisan ini adalah Repost dari tulisan yang berjudul "Kidung Suka Cita" yang telah aku posting di Blog Catatan Kecilku pada tanggal 23 Januari 2011.

Dengan sangat malu aku harus mengaku bahwa aku akan kembali kepada hobby lamaku membaca buku ketika internet di rumah trouble. Sudah terbukti beberapa kali, setiap kali internet tak bisa dipakai, aku mengalihkan perhatianku pada novel-novelku.

Di antara tumpukan novel yang belum sempat tersentuh olehku, aku menjatuhkan pilihan pada novel karya Marry Higgins Clark dan Carol Higgins Clark. Sebuah novel yang ringan dan mampu menghibur aku yang kecewa karena beberapa hari tak bisa mengakses internet di rumah.

Novel yang berjudul Kidung SUka Cita ini menceritakan tragedi yang menimpa keluarga Reilly. Hanya 3 hari menjelang perayaan Natal keluarga mereka tertimpa masalah. Nora Reilly, yang berprofesi sebagai penulis cerita misteri, mengalami patah kaki akibat tumit sepatunya tersangkut permadani.

Tak lama setelah mengantarkan sang istri ke rumah sakit, Luke Reilly terpaksa meninggalkan istrinya dengan ditemani anak semata wayang mereka, Regan Reilly. Sebagai pemilik rumah duka, Luke merasa berkewajiban mengurus pemakaman Goodloe, salah satu kliennya yang kebetulan kaya raya.

Namun ternyata Luke dan Rosita (sopirnya) tak pernah menghadiri upacara pemakaman. Mereka berdua diculik oleh keponakan Goodloe yang bernama CB. Dingle bersama partnernya Petey (tukang cat). CB.Dingle rupanya sangat sakit hati karena pamannya mewariskan uang sejuta dollar kepada sebuah perkumpulan penyuka tanaman. Sementara sisa uang yang diwariskan kepadanya sangat sedikit.

CB. Dingle menganggap bahwa Luke Rielly-lah yang bertanggung jawab atas hal itu, karena Luke yang memperkenalkan Goodle kepada perkumpulan penyuka tanaman itu. Itu sebabnya dia menculik Luke dan menuntut uang yang sama besarnya dengan uang yang diwariskan Goodloe kepada perkumpulan penyuka tanaman itu, sejuta dollar.

Uniknya, CB. Dingle meniru plot cerita karangan Nora Reilly dalam penyerahan uang tebusan. Sementara itu Luke berusaha sekuat tenaga untuk memberikan isyarat kepada Regan, anaknya yang kebetulan detektif swasta, tentang lokasi dimana dirinya dan Rosita disekap. Isyarat yang diberikan itu pun terinspirasi dari buku, yaitu buku yang sangat disukai Regan pada waktu kecil.

Selanjutnya diceritakan bagaimana Regan yang dibantu banyak sekali orang berusaha untuk menemukan dimana Luke dan Rosita disekap. Uang tebusan sebesar sejuta dollar sudah dipersiapkan dan diantarkan ke lokasi yang dikehendaki penculik. Namun ternyata keadaan tak berjalan sesuai rencana, sehingga membuat mereka semua semakin kalut akan keselamatan Luke dan Rosita.

Memang novel ini bukanlah novel misteri yang berat. Bahkan bisa dikatakan sangat ringan, apalagi pelaku penculikan dan motif penculikan sudah diceritakan sejak awal. Sehingga pembaca tinggal menunggu bagaimana ending dari 'drama penculikan' tersebut.

Banyaknya tokoh yang terlibat dalam kisah ini memang sedikit mengganggu kenyamananku dalam membaca. Maklum, mengingat banyak nama tokoh sekaligus memang terkadang membuatku berhenti sejenak dari membaca dan mengerutkan dahi sekedar untuk mengingat tokoh yang disebutkan namanya itu.

Selain itu aku kurang sreg dengan ditampilkannya tokoh Petey yang digambarkan selalu 'berlumuran' cat. Meskipun dia memang berprofesi sebagai tukang cat (yang kurang cakap), tapi rasanya agak berlebihan bila dirinya selalu diidentikkan dengan cat. Seperti diceritakan bagaimana dia meninggalkan tetesan cat pada lantai limusin yang ditumpanginya saat menculik Luke dan Rosita. Atau adanya percikan cat pada kartu pos yang dikirimkannya untuk mengajak kencan Rosita.

Namun secara singkat novel itu cukup menghibur dan tak membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikannya. Buat yang ingin bersantai, novel ini bisa menjadi pilihan.

Komentar yang masuk untuk tulisan tersebut:

  1. Novelnya pasti asyik.., bisa pinjam tdak.? hehehe
  2. Wah, kayanya susah menyelesaikan novel yang tebalnya 232 halaman ini. Paling tidak harus punya waktu luang untuk benar2 menamatkannya. Apalagi novel2 barat itu perlu dicerna lebih dalam agar benar2 memahami alur ceritanya.
  3. Waktu SMP saya sering membaca Novel Remaja yang judulnya Cobie. Ada beberapa seri. Ceritanya tentang kehidupan harian remaja dengan segala perniknya. Kalau membaca novel pasti imajinasi kita berkembang dengan memikirkan latar, suasana, sampai fashionnya sekalipun. Sayangnya novel itu bukan milik saya tetapi saya pinjam dari teman.
  4. lama sudah tak bca novel, nyoba baca ah moga aj semangat lagi
  5. bagus mbaak resensinya, ringan sepertinya nggak perlu mikir berat2 buat tau konflik&pelaku

    itu buku lama ya kalo nggak salah?
  6. kalo udah terbiasa membaca sulit rasanya melepaskan kebiasaan itu ya bund...
  7. hmm, bisa ya bersekongkol sama tukang cat utk menyekap orang.. saya jg kalo baca novel, agak lemah dalam mengingat nama orang.
  8. pengen baca, tapi kok tebel banget bukunya.......
  9. kayaknya pernah liat novel ini dimana ya.di vixxio kalo gak salah
  10. Iya mbak, memang novel ini banyak kekurangannya, tapi seerti mbak Reni bilang, yg penting buat hiburan dan pengisi waktu lah..
  11. turut berduka cita atas inetnya mbak.... nice sinopsis..
  12. lama banget aku ngga baca novel sejak ke asyikan ngeblog...he..he...novel terakhir yg belum selesai kubaca Breaking Dawn.sekarang kalo mau beli novel mikir2 dulu lumayan banget deh uangnya...he...he..sebagai gantinya beli tabloid atau majalah aja ah..:P
  13. suka baca novel ya mbak aku sukanya malah cerpen jadi nulisnya nggak ada perkembangan he he
  14. novel terjemahan ya ini bu?

    perlu banyak waktu untuk memahami maksud dari isi novel terjemahan semacam ini..
  15. 232 halaman itu tebel kan mbak? aku bisa habis 4 hari-an tuh kalo baca itu.. hehe
  16. sepatu nyangkut dipermadani sampe kaki patah, pasti jatuhnya nggak terbayang....
    novel, mungkin sudah lebih dari 20 tahun ndak membaca. Kalo jaman itu suka banget baca novel, mungkin karena sarana hiburan masih jarang kali ya Mbak
  17. wah..koleksinya banyak..nih novelnnya.ya mbak..pinjam dunk..he.he.he..
  18. salam sobat
    walaupun lagi ada masalah internetnya,mba Reni bisa terhibur dengan membaca novelnya.
    sip mba.
  19. kadang di rumah saya juga begitu mbak...
    dan saya juga suka melakukan hal yang sama bila tidak bisa mengakses INternet tu,yaitu membaca..
    tapi saya lebih ke majalah2 gitu ..
    makasih mbak..

    saya follow ke 379 mbak...
  20. mengapa malu mba? membaca kan nambah wawasan...meski aku tidak betah kalau disuruh membaca novel...hehe...
  21. mba, internet mati ada hikmahnya kan? mba Reni jadi punya bahan posting :)
    TFS mba :)
  22. saingan ama anaknya nih ye suka baca buku..:p
  23. Iya mbak, saya jg agak terganggu dengan jumlah tokoh yg terlalu banyak, apalagi nama tokoh berbahasa asing ya hehe.
    Wah ternyata internet yg trouble ada hikmahnya juga ya mbak hehe
  24. wah lama sudah tidak baca novel!
  25. selamat pagi mbak reni, baru BW lagi nii, sukses ya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)