Rabu, 02 April 2014

Kenangan tentang Ayah Tercinta



Judul : Sebelas Patriot
Penulis : Andrea Hirata
Tahun terbit : 2011
Tebal : 112 halaman
Penerbit : PT Bentang Pustaka
ISBN : 978-602-8811-52-1
Harga : Rp. 39.000

Tulisan ini adalah Repost dari tulisan yang berjudul "Cinta dan Pujian Untuk Ayah" yang telah aku posting di Blog Catatan Kecilku pada tanggal 6 September 2011.

Sudah sangat sering aku membaca cerita yang berisi tentang cinta dan pujian kepada Ibu. Boleh dikatakan, aku belum pernah membaca cerita yang menceritakan tentang cinta dan pujian untuk seorang ayah. Tapi.. aku baru saja melakukannya. Yups, aku baru saja membaca buku yang isinya menceritakan tentang cinta dan pujian untuk seorang ayah.

Adalah seorang ayah yang sangat istimewa di mata sang anak. Demikian istimewa-nya hingga sang anak 'memuja' ayahnya. Padahal, sang ayah bukanlah sosok yang tampan luar biasa. Bukan pula ayah yang kaya raya apalagi memiliki kedudukan dan jabatan tinggi. Namun, dia hanyalah ayah yang sederhana, sangat pendiam namun sangat mencintai keluarganya.

Ungkapan cinta dan pujian kepada sang Ayah ini berhamburan dalam novel Sebelas Patriot karya Andrea Hirata. Sebenarnya, kekaguman dan cinta Andrea Hirata kepada sang Ayah sudah sering kita temukan dalam karya-karyanya sebelumnya. Salah satunya seperti yang ditulisnya dalam novel Sang Pemimpi (halaman 155) "Ayahku yang pendiam : ayah juara satu seluruh dunia".

Bedanya, dalam novel Sebelas Patriot Andrea menceritakan sisi lain ayahnya yang membuat Andrea benar-benar bangga pada ayahnya. Bermula dari sebuah foto lama yang ditemukan Andrea tanpa sengaja dari album foto ibunya. Ternyata foto lama itu menyimpan kisah lama yang membuat Andrea demikian bangga dan memuja ayahnya.

Tentu saja, semua diceritakan dengan gaya khas Andrea. Satu gaya Andrea yang kutemukan dalam semua novel karyanya adalah... "lebay". Tapi, aku suka dan menikmati membaca karya-karyanya dan selalu tertawa karena ke-lebay-annya. Justru dengan gayanya itu, Andrea mampu mentertawakan kegetiran dan kepahitan hidup. Sehingga aku yang membaca karyanya tak terjebak dalam melankolis yang berlebihan.

Yang membuat novel ini berbeda dari novel yang selama ini aku baca adalah novel ini bicara sangat banyak tentang sepakbola. Ternyata bangsa ini begitu mencintai sepakbola. Sejujurnya kuakui bahwa selama ini aku mengira bahwa pertandingan olahraga favorit yang dinikmati oleh segenap lapisan masyarakat adalah bulutangkis (hanya karena aku ikut menikmatinya). Ternyata aku salah, karena bangsa ini begitu mencintai sepakbola (meskipun aku tak termasuk di dalamnya).

Meskipun PSSI selama ini tak memberikan kebanggaan bagi bangsa ini, tapi kecintaan rakyat terhadap sepakbola tak pernah luntur. Bahkan novel ini sepertinya ingin makin memantapkan kebanggaan kita terhadap sepakbola dan PSSI kita.

Ada satu penggalan percakapan yang membuat aku tersenyum geli. Diceritakan bahwa saat itu Andrea Hirata sedang berada di Madrid karena ingin membelikan Ayahnya sebuah kaos Luis Figo (pemain sepakbla favorit ayahnya). Saat itu terjadi percakapan antara Andriana (penjaga toko resmi cendera mata Real Madrid) dengan Andrea Hirata.
"Bagaimana kau bisa menjadi seorang Madriditas?">
Madriditas, sebutan untuk penggemar Real Madrid.
"Real adalah klub favorit keduaku."
"A, ada yang pertama?"
"P S S I," kataku lambat tapi pasti.
"Apa itu?"
"Tim Nasional Indonesia."
Andriana seperti berusaha keras mengingat sesuatu, namun gagal.
"Ada sebutankah bagi penggilanya?"
"Setahuku belum ada, kuharap para penggemar PSSI akan menyebut diri mereka Patriot PSSI."
"Nama yang hebat. Seringkah PSSI menjadi juara?"
Ah, ini agak sulit dijawab.
"Agak sedikit jarang."
Andriana tersenyum.
"Tapi tidak akan selamanya begitu. Kami sekarang siap untuk menang, kami semakin baik."
"Jadi, kau tetap mencintai tim nasional Indonesia?"
Cinta sepak bola, adalah cinta buta yang menyenangkan.
"Apapun yang terjadi."
(Sebelas Patriot, halaman 87-88)

Berbeda dari karya-karya Andrea sebelumnya, novel kali ini sangat tipis. Mungkin ini adalah karya yang paling tipis dari Andrea selama ini. Terbiasa dengan gaya bercerita Andrea yang panjang lebar, rasanya aku kurang puas membaca novel yang hanya setebal 112 halaman ini. Tapi, aku menikmatinya.

Komentar yang masuk untuk tulisan tersebut:

  1. novel andrea hirata yang satu ini genrenya lain dari yang biasa dia tulis. ngambil tema sama sudut pandang yang beda dan unik juga. tentang olahraga, tentang kecintaannya dengan sepak bola.

    bener, patut jadi referensi bacaan sih mbak ini.

    betewe, lama bener deh aah saya ngga mampir sini. Sekalian mumpung masih suasana idul fitri, mohon maaf lahir batin kalo selama ini banyak salah-salah komen dan tindakan yang tidak menyenangkan ^_^
    BalasHapus
  2. wah...
    padahal untuk mengambil hati ibu, seorang ayah harus mengerahkan segala isi hati, perasaan pikiran, tenaga dan hampir segalanya hanya untuk mendapat kata cinta. padahal kalo ibu mau mengambil hati ayah, kayaknya ga perlu terlalu banyak usaha. malah ga perlu pake apa-apa kalo malem bu..
    hahalah ga nyambung...
  3. Ayah saya juga kebanggaan saya.
    Yang mampu bertahan ketika jauh dari seorang istri. Meskipun kerjanya di rumah dan ibu di luar negeri. Tapi itu juga bukan sesuatu yang mudah bagi seorang ayah dengan 2 anak yang nakal2 hehe.
    Harus baca juga kayaknya nanti kalo sudah di rumah hikz
    BalasHapus
  4. Dan sekarang 3-0. Kalah karena walk out gara-gara Indonesia main bola pakai petasan.
    BalasHapus
  5. Andrea Hirata? huwaaaaa.....maaauuu........Bener mbak....Ayah segalanya....*jadi inget ayah di surga* Dia sering mengajarkan sportivitas kepada ira...walaupun tidak lewat media Sepakbola....coba pengurus PSSI baca novel itu.....atau sekalian dech pemainyya....Gaji mereka kan banyak masak beli buku itu nggk sanggup heheheheheheheh
    Hikssss.....maaf baru sempat mampir! kesibukan bener-bener menyita waktu ira sampai nggk sempat blogwalking...hikss....I Miss U Mbak reni salam buat shasa
  6. makasih mbak udh nge review novel ini...kapan2 mau nyari ah ... penasaran
    BalasHapus
  7. waaaaa
    chika belum baca buku ini

    *semangat mau ke gramed
    BalasHapus
  8. Jadi keoengen ikutan baca juga tulisannya si mas andrea B)
    BalasHapus
  9. Soal bapakku... duuuh... aku sampe nangis-nangis nulisnya. Yang lain menghakimi aku hanya Bapak yang mengulurkan tangan. meninggal juga dengan indah... kenangan yang indah.

    Andrea Hirata menulis memang dia idealis banget, tapi dia benar-benar mengalir. Laskar Pelangi aja niatannya untuk kenangan bagi gurunya gak ada gambaran dicetak... liat aja hasilnya...
  10. saya malah baru tau kalo andrea lebay.... hehehe

    kalo saya sih andrea itu jago. jago bikin sastra melayu menjadi sesuatu yang menarik untuk dibaca semmua kalangan. :)
  11. wah, novelnya Andrea ya?
    emang mantap karya2 Andrea tuh...

    pa kabar mba?
  12. saya kemarin lihat di gramedia, tapi gak sempat pegang. hehehe
  13. wew andrea tetep produktif ternyata... :)

    saya suka gayanya menulis.....
    BalasHapus
  14. wah novel baru yah? lumayan tipis cuma 112 halaman. tapi bkin penasaran jg.. makasih bu.. :)
  15. Ow.. baru tahu mbak novel ini ttg sepak bola.. aku termasuk yg menyukai olahraga ini di indonesia loh.. walaupun gak punya klub favorit semacam manc. united utk klub favorit aku di eropa.. tapi tetap mengikuti segala berita dan pertandingannya..

    Aku rasa seh bulu tangkis hanya karena kita byk menang dicabang iu.. kalau sepakbola juga sering menang pasti lebih byk deh yg sukanya.. seperti AFF kemaren aja..
  16. waaahhhh udah lama gak mampir kemari?!?!!?

    sdh lama juga saya ndak baca novel lagi!?!?!? malam mba ren mampir lagi kemari heheheheh...
  17. Wow, ternyata ada buku baru karya Andrea Hirata. Saya baru tahu, hehe....

    Iya, gaya bahasa Andrea memang "lebay" dan agak liar. Uniknya, gaya tulisannya itu dalam pikiran saya justru menunjukkan bahwa dia adalah orang yg berwawasan luas, hehe....

    Iya nih, timnas habis menelan kekalahan pahit. Jalan untuk lolos babak prakualifikasi Piala Dunia semakin berat... :(

    Salam....
  18. Assalamu'alaikum Mbak Reni, maaf telat kemari.
    tulisan njenengan sangat menyentuh saya ketika belum seminggu telah kehilangan sosok seorang ayah, tapi semangat beliau tertanam dalam sanubari
  19. hmmm jadi ingat pelem Patriot Mel Gibson
    gaya holywood yaaa anak muda menang terus
    Semoga PSSI menjadi patriot yang mengharumkan bangsa, walau sekarang posisi diujung tanduk
  20. mampir malem... lama gak main ke sini :)
  21. mohon maaf lahir bathin ya mbak :) (telaat heheh) salam buat shasa :)
  22. selamat pagi !
    saya juga suka dengan novelnya Andrea Hirata
    kalau yang di atas belum pernah saya baca. he he
  23. waaah.. ternyata Mba Reni ngerti Bola juga ya.. klo aku ga gitu tertarik sih, jd ga tau apa2 :p

    oia, maaf lahir bathin ya, Mba :)
  24. walah diriku ketinggalan nih.. ndak tau kalo bang andrea udah nelorin novel baru. huuuu kudu beli.... thanks mbak udah review tentang novelnya.
  25. aku baru beli novelnya kemarin lusa mbak, belum selesai bacanya, karena belum ada waktu luang, baru baca setengahnya.
  26. awalnya daku kira si Andrea hirata perempuan gak taunya laki-laki toch,love,peace and gaul.
  27. Dear,

    ooowwaalllhhh ternyata ini adalah ulasan singkat novel / pengalaman pribadi ikal...... sebenarnya gw secara pribadi juga sangat sulilt untuk mengungkapkan kecintaan / sayang kepada ayah...... eeehhmmmm apakah karena aku lelaki?.... akupun gak tahu.... but aku suka dengan postingan ini..... trus mbak sendiri gimana caranya mengungkapkan kecintaan kepada ayahnya???

    regards,
    ... Ayah Zahia ...
  28. udah beli bukunya tapi belum sempet baca.
  29. aku malah jarang memberi pujian untuk ibu atau untuk ayah :D
    iyah rakyat indonesia memang cinta banget sama sepakbola termasuk aku hehe walau sering kalah indonesia tp tetep dukung sepenuh hati
  30. Hallo mba Reni, perkenankan saya berkunjung ya^^

    Saya juga baru baca novel ini, dan terinspirasi membuat postingan ini :http://rindrianie.wordpress.com/2011/08/23/bapak-juara-satu-se-dunia/

    Dan semoga saja timnas suatu saat memang bisa semakin baik ya mba :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)