Rabu, 25 Februari 2015

Review : Bersamamu


sumber foto : Sienta Sasika Novel

Judul : Bersamamu
Penulis : Sienta Sasika Novel
Penerbit : PT. Grasindo
Edisi : Pertama (2014)
Tebal : viii + 240 halaman
ISBN : 978-602-251-774-0


Dua orang tokoh utama dalam novel ini adalah Rama dan Hana. Rama Mahendra, usia 30-an, arsitek, humoris, dewasa, kebapakan, pendengar yang baik dan apa adanya. Sedangkan Hana Laura, usia 20-an, fashion designer, cantik, pintar, berbakat, manja dan keras kepala. Mereka bertemu (dan kemudian jatuh hati) saat sama-sama menimba ilmu di Paris.

Bagi Rama, bisa mendapatkan hati Hana dan kemudian menikahinya adalah sebuah kebahagiaan yang tak terhingga. Apalagi Hana bisa menerima masa lalunya. Rama sangat mencintai dan bahkan sangat memuja Hana. Usianya yang jauh lebih tua dibanding Hana membuatnya bisa lebih "ngemong" Hana yang secara emosi terkadang masih suka meledak-ledak. Hal ini yang membuat Hana kian jatuh hati pada suaminya itu.

Sayangnya, manis madunya pernikahan itu tak berlangsung lama karena Rama didiagnosis menderita sakit. Bahkan sebenarnya, tanda-tanda sakitnya Rama sudah terlihat sejak 3 hari setelah honey moon. Hanya saja, baik Rama atapun Hana tak ada yang menyadarinya. Kondisi sakitnya Rama tentu saja membuat Hana terpuruk, apalagi saat itu dia dinyatakan positif hamil.

Kondisi Rama yang kian hari kian menurun mau tak mau membuat Hana tertekan. Apalagi di saat sakit seperti itu, Rama justru tak mengingat nama Hana namun justru mengingat nama dari masa lalunya. Di saat seperti itu, Daniel (mantan kekasih Hana) yang selama ini berusaha untuk mendekati Hana tak lagi mampu dihindari Hana. Daniel selalu ada di samping Hana saat Hana terpuruk, termasuk saat Hana terpukul oleh pengkhianatan yang dilakukan oleh teman dan orang kepercayaannya. Daniel pun siap mendampingi Hana kapan saja Hana membutuhkannya, bahkan saat berbelanja kebutuhan bayi sekalipun.

Kedekatan Hana dengan Daniel kian lama kian membuat Hana nyaman dan merasa terlindungi, sebaliknya membuat Rama kian sedih dan tersisih. Hana seolah mendapatkan sosok pengganti suaminya yang bisa setiap saat diajaknya berbagi dan bertukar pikiran. Kondisi ini menyuburkan kembali cinta lama yang selama ini masih tersimpan rapat di sudut hati Hana. Hingga akhirnya Hana memutuskan untuk keluar dari penderitaan dan menjemput bahagianya.

Akankah bahagia itu akan kembali dapat diraih Hana?

*****

Sienta S. Novel selaku penulisnya berhasil mengaduk-aduk emosi pembaca melalui kisah yang diangkatnya. Walau di awal cerita terasa bergulir lambat, namun kian lama ceritanya bergulir cepat. Cerita mengalir lancar sehingga pembaca tak kesulitan untuk mengikuti ceritanya. Munculnya bahasa medis dalam novel ini mungkin akan mengganggu bagi masyarakat awam, tapi memang penyakit Rama perlu dijelaskan agar makin banyak orang yang mengerti. Penulis sepertinya ingin mengedukasi pembacanya tentang penyakit tersebut.

Penulis dengan cerdik membuka sedikit demi sedikit tentang masa lalu kedua tokohnya. Pembaca dibuat penasaran tentang masa lalu Rama dan Hana. Hal ini membuat pembaca ingin segera mengetahui jawabannya sekaligus akhir dari kisah Rama dan Hana. Penulis bahkan sukses mengaduk-aduk emosi pembaca saat muncul cinta segitiga Rama-Hana-Daniel.

Kekuatan Sienta adalah dalam pendeskripsian yang detil. Segala sesuatunya digambarkan dengan detil oleh Sienta, sehingga membantu pembaca untuk bisa mendapatkan gambaran yang utuh tentang sosok Hana sebagai seorang fashion designer. Bahkan pembaca seolah bisa ikut menyaksikan fashion show yang digelar Hana karena penggambarannya sangat detil. Salut!

Novel yang diterbitkan Grasindo ini dikemas dalam sampul yang sangat manis. Sub Title "cintailah dia dengan cara yang sempurna, meski dia yang kamu cintai tak lagi sempurna" mampu mewakili pesan yang ingin disampaikan penulis bagi para pembacanya. Selain tentang cinta, novel ini juga mengajarkan tentang kesetiaan dan tanggungjawab.

Sayangnya, menurutku huruf yang dipakai kurang besar. Seandainya huruf yang dipakai dalam novel ini agak sedikit lebih besar akan lebih memudahkan dalam membacanya. Ini dari sudut pandangku yang memiliki mata dengan plus dan minus yang cukup banyak ini hehehe. Jadi, soal huruf ini subjektif banget sifatnya.

Namun yang jelas editingnya menurutku kurang rapi. Aku menemukan banyak kesalahan ketik dan pemakaian tanda pisah yang kurang tepat dalam novel ini. Kesalahan ketik itu antara lain : trepanjatkan (hal. v), imipian (hal. 13), nyari (hal. 40), denga (hal 42), sepertiya (hal. 56), bingun. (hal. 82), pela. (hal. 84), love you to (hal. 73) dan masih banyak lagi.

Selain itu, aku menemukan kata yang hilang dalam kalimat, antara lain :
  • Naura melirik suaminya (hal. 59), harusnya ada kata "calon" di depan kata suami.
  • Kecupan kening Hana (hal. 69), harusnya ada kata "di" sebelum kata kening.
  • Daniel wajah Hana yang mungil (hal. 92), mungkin maksudnya setelah kata Daniel ada kata "mengagumi" atau "memandang".
  • Ada saja berita yang harus ia tentang suaminya (hal. 215), ada kata yang hilang setelah kata "ia".

Pemakaian bahasa asing kurang konsisten karena terkadang penulisannya di-italic, beberapa ditulis biasa (hal. 85, Paris Fashion Week, Paris Street Fashion, Fashion Fair Paris), ada yang ditulis dalam tanda petik (hal. 87, "sense" dan "taste"). Selain itu, pada halaman 71 dituliskan fashion desain, bukankah seharusnya fashion designer?

Ada beberapa penulisan kata depan yang salah, antara lain : Hana mengetuk-ngetuk pensil kemeja kerjanya (hal. 127), ketakutan didunia (hal. 129), didalam kandungan (hal. 208).

Penggunaan 2 kata yang mengaburkan arti : melupakan sesuatu banyak hal akhir-akhir ini (hal. 31), maksudnya sesuatu atau banyak?

Pemakaian kata yang dobel :
  • Beberapa kali Hana pernah mendatangin PFW -Paris Fashion Week- atau Paris Street Fashion dan Fashion Fair Paris- beberapa kali (hal. 85), kata "beberapa kali" ditulis 2 kali, di awal dan di akhir kalimat.
  • Ia tak percaya melihat Hana yang terlihat sangat sangat cantik (hal. 196).

Ada kalimat yang tak selesai :
  • Untung saja suara emas Vina Panduwinata -yang ia gunakan sebagai nada dering ponselnya- lagu ini terdengar begitu klasik dan romantis. (hal. 34)
  • Bukankah ia memang -kamu tidak perlu menderita seperti ini, kamu memang pantas mendapatkan kebahagiaan- kata-kata itu begitu tertanam di hatinya. (hal. 223).

Penempatan tanda baca yang tidak tepat :
  • Setelah bertemu di Dakken Cafe -kafe yang terletak di jalan R.E. Marthadinata Bandung. Ternyata "Arisa" memang berwujud laki-laki.... (hal. 52). Harusnya tanda titik diganti dengan koma.
  • ... melancarkan acara fashion show itu,karena membawa dampak... (hal. 88). Harusnya setelah koma ada spasi.
  • ... untuk tamu-tamu yang datang ke kantor Rama,. (hal. 125). Harusnya tanda baca koma dihapus.

Penempatan kata yang terbalik :
  • merasa ia tidak akan akan bisa ngobrol panjang di tempat ini (hal. 70), kata merasa ia sepertinya lebih tepat jika ditulis ia merasa.
  • "Iya, aku pengen hamil banget," katanya penuh semangat (hal. 45), kata pengen hamil banget sepertinya lebih tepat jika ditulis pengen banget hamil.

Pemakaian huruf besar/kecil yang kurang tepat :
  • di jalan R.E. Marthadinata (Hal. 52). Harusnya jalan diawali dengan huruf besar.
  • merasa ia tidak akan akan bisa ngobrol panjang di tempat ini (hal. 70). Merasa di awal kalimat harusnya ditulis dalam huruf besar.
  • ... tentang pencopet, Tentang semua yang.... (hal. 113). Setelah koma harusnya ditulis dalam huruf kecil.
  • ... ambisius dengan cita-citanya -Dan sekarang ia sudah.... (hal. 82). Harusnya setelah tanda pisah ditulis dalam huruf kecil.

Kesalahan penulisan : Sayup-sayup Hana berusaha membuka matanya -terasa berat, ia tidur larut malam- ditatapnya wajah sang istri yang sedang memandanginya dengan penuh cinta (hal. 72). Mungkin kata "istri" seharusnya ditulis "suami".

Tanda pisah yang bertebaran dalam novel ini membuatku bingung, karena yang aku tahu tanda pisah digunakan untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat. Tapi dalam novel ini aku menemukan kalimat dalam tanda pisah yang jika kalimat tersebut aku buang maka kalimatnya jadi tidak nyambung, misalnya : Suami yang selalu -mendukung aktivitasnya dan mencintainya- dan butik kecilnya yang selalu ramai. (hal. 73), dan masih banyak lagi.

Beberapa tanda pisah yang membuatku bingung tentang maksud diberikannya tanda pisah tersebut, antara lain:
  • Bagi Hana, Rama adalah laki-laki -tepat- untuk menemaninya sepanjang masa. (hal. 74).
  • Padahal hanya beberapa orang yang -dekat- saja yang tahu rumahnya. (hal. 80).
  • Laki-laki itu ternyata masih memiliki kharisma yang membuatnya -gagal- menyembunyikan perasaan kagum dan rindu (hal. 102)
  • dan masih banyak lagi

Ada beberapa potongan cerita yang membingungkan karena tidak konsisten, yaitu :
Potongan cerita pertama
"Anaknya Lea lucu banget deh, jadi pengin punya anak!!!" seru Hana berbalik memandang suaminya.
Dikecupnya kepala Hana dari belakang, "Sama dong," tersenyum manja, "Mas juga pengin punya anak," tambahnya dengan nada penuh kehangatan. (hal. 28)
Dari potongan cerita di atas, Hana sudah berbalik menghadap ke arah suaminya. Tapi mengapa selanjutnya diceritakan kalau suaminya mengecup kepala Hana dari belakang? Hal itu hanya bisa dilakukan jika Hana tidak dalam posisi menghadap suaminya, kan?

Potongan cerita kedua.
Pertemuan kemarin membuat Hana -kikuk, grogi, dan tak menentu. Meski ia sudah berupaya untuk bersikap tidak peduli dan mengendalikan perasaannya, tetap saja ada sesuatu yang terus berusaha mendobrak hatinya....
... Tapi setidaknya tadi ia sudah bersikap dengan sangat baik, profesional, dan menjaga perasaan atau membohongi? -tepatnya mengontrol perasaan. (hal. 101-102)
Potongan cerita pada bab sepuluh membingungkan karena ada disorientasi waktu. Pertemuan Hana dan Daniel yang diceritakan pada bab sembilan adalah terjadi pada sore hari, sepulang Hana dari kantornya. Sementara pada bab sepuluh digambarkan Hana sedang sibuk kerja di kantornya, keesokan harinya. Jadi, pemakaian kata "tadi" pada kalimat kedua di atas harusnya diganti menjadi kemarin.

Potongan cerita ketiga
Honey!
Sayup-sayup terdengar suara berat memanggil namanya.
Hana terperanjat, ia menghempaskan tubuhnya di kursi yang tepat berada di samping ranjang -di mana suaminya tidak sadarkan diri- perasaannya gamang.... (hal. 110)
"Han, gimana keadaan Rama?" tanya Lea sembari menyentuh pundak Hana.
"Semalam udah sadar."
...
Ketika mereka bertiga masuk, Rama sedang terbaring santai dengan tubuh setengah duduk. "Mas, ada yang mau jenguk."
Potongan cerita di atas membuatku bingung. Pertama, siapa yang bersuara berat dan memanggilnya Honey? Bukankah pada kalimat selanjutnya digambarkan "di mana suaminya tidak sadarkan diri"? Itu berarti Rama masih tidak sadar, bukan?
Kondisi Rama yang tidak sadar itu dikuatkan dengan cerita selanjutnya yang menggambarkan Hana meninggalkan Rama (tanpa pamit dulu) untuk membeli makanan.
Bahkan percakapan Hana dengan Lea menjelaskan bahwa Rama sudah sadar kemarin, bukan saat ini.
Namun, saat mereka bertiga masuk kamar, ternyata Rama sudah terbaring santai dengan tubuh setengah duduk. Tapi anehnya, tidak ada ungkapan atau ucapan yang menunjukkan kekagetan yang bercampur kegembiraan melihat Rama sudah sadarkan diri.

Potongan cerita terakhir
Bergetar hatiku saat kuberkenalan dengannya
Kudengar dia menyebutkan nama dirinya

Dering telepon di atas meja kerja berhasil membuat Hana kaget. Untung saja suara emas Vina Panduwinata -yang ia gunakan sebagai nada dering ponselnya- lagu ini terdengar begitu klasik dan romantis.... (hal. 34)
Mimik wajah Hana langsung berubah ketika mendengar nama yang si penelepon sebut, "Ya ampun Lea." Untung saja perempuan yang menelonnya Lea, ia hampir mengomel bete, "Nggak kok, santai aja. Tapi... kenapa kamu telepon ke kantor, bukannya aku udah kasih nomor ponselku?" (hal. 35)

Bergetar hatiku saat kuberkenalan dengannya
Kudengar dia menyebutkan nama dirinya

Ponsel Hana bergetar dan bernyanyi memanggil Hana untuk mengangkatnya. (hal. 214)

Dari cerita yang pertama, diceritakan bahwa yang berdering adalah telepon kantor. Hal ini ditegaskan dengan perkataan Hana kepada Lea yang menanyakan mengapa Lea menelpon ke kantor, bukannya ke ponsel. Namun, dalam kalimat pertama dijelaskan bahwa lagu Vina Panduwinata digunakan sebagai nada dering ponsel, bukan telepon. Lagipula, penulis secara tegas membedakan penyebutan telepon dan ponsel.
Sedangkan di cerita kedua dengan jelas disebutkan yang berdering dengan nada dering lagu Vina Panduwinata adalah ponsel Hana.

Selain itu ada inkonsistensi dalam cara penyebutan atau pemanggilan Arisa kepada Hana. Hal itu terlihat dalam percakapan mereka melalui WhatsApp pada hal. 56-58. Tertulis di sana, Arisa menyebut atau memanggil Hana dengan sebutan Bu, e'lo, Han.

Secara keseluruhan aku menikmati sekali membaca novel ini, karena selain ceritanya menarik aku mendapatkan banyak pelajaran berharga. Dan, untuk novel ini aku memberikan rating 3,5.

35 komentar:

  1. Mak Reniii, jeli sekali dirimu 😊
    Tema cerita berupa kisah cinta segitiga emang paling sering diulas ya 😁

    BalasHapus
  2. mak renii...baru mampir ke blog ini.
    wah, tentang buku semua ya. keren ^_^

    BalasHapus
  3. pengen deh mak bisa nulis resensi sekomplet inii...

    BalasHapus
  4. Ini blog baru ya, Mbak Reny (setidaknya saya yang baru berkunjung ke sini).
    Reviewnya detail, dan Mbak Reni sukses membuat penasaran ingin baca novel ini.
    Terakhir, suka dengan sub titel : "cintailah dia dengan cara yang sempurna, meski dia yang kamu cintai tak lagi sempurna" , semakin penasaran. Mudah-mudahan berkesempatan membacanya. Terima kasih reviewnya, Mbak.

    BalasHapus
  5. Review Jeng Reni keren...jeli sekali membacanya
    Setting bangunan konfliknya apik ya Jeng, catet ah....bekal ke toko buku.
    Salam

    BalasHapus
  6. Cinta segitiga gak pernah bosan buat jd bahan. Itu koreksinya byk amat

    BalasHapus
  7. reviewnya lengkap mak, saya harus belajar dr emak nih

    BalasHapus
  8. wahh mba reni detail sekali melihat kesalahan editingnya
    apa kabar mba n sasa??moga sehat selalu

    BalasHapus
  9. Balasan
    1. mungkin bukan mirip editor, gaya menulis setiap resensor itu berbeda - beda. Termasuk Mbak Reni ini, gaya meresensinya memang seperti ini, detail. :)

      Hapus
  10. mantep... dirimu pantes jd proofreader mak :D
    di luar kesalahan2 itu, ceritanya menarik ya :)

    BalasHapus
  11. waah lengkap dan detail sekali mak reni...mantap

    BalasHapus
  12. Review yang jujur dan ciamik
    Ada plus minusnya bisa memberi gambaran nyata kepada calon pembeli buku
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
  13. Wow reviewnya lengkap bener mak Ren :)

    BalasHapus
  14. Makin banyak ya novel karya kita...aku musti sering bacaaa niih

    BalasHapus
  15. review nya detil sekali, khas mbak Reni ...
    Apakabar, mbak? salam dari Garut

    BalasHapus
  16. haduuuuh mba saya baca dulu iya panjang banget ini review :)

    BalasHapus
  17. Mbak reniiiii,
    long time no see. Saya yg kupdet neh, ternyata ada perubahan dalam penampakan Mbak Reni yg sekarang ya? Selamat atas hijrahnya ya Mbak.

    #reviewnya paket komplit, sepakat dengan pendapat Mas Abi Sabila.

    BalasHapus
  18. Siip... kumpliit... Trims reviewnya, mbak Reny.. jadi sedikit lebih tahu ttg buku ini :)

    BalasHapus
  19. kok bisa detail dan telaten bikin reviewnya ya...aku nyerah deh :)

    BalasHapus
  20. Belum baca buku ini. Duh, jeli & detail banget reviewmu, Mak. *Aku harus banyak belajar nih.

    BalasHapus
  21. pengoreksiannya jeli sekali. aduh harus hati-hati menulis ya biar dapat nilai bagus dari mu ni ehehe

    BalasHapus
  22. Teliti sekali reviewnya, hihihi. Aku kalau nulis aja masih suka typo. Harus banyak belajar, nih ;)

    BalasHapus
  23. Ckckck... ini bener bener review yang gak mungkin bisa dilakukan oleh orang orang yang hanya sliwar sliwer baca buku. Benar benar penyampaian emosinya kental bahkan detil detil kesalahan penggunaan tata bahasanya. TOP deh wah jadi bisa cari referensi bacaan deh disini,

    BalasHapus
  24. mba reniii memenag is the best dah hihihi. tulisannya komplit ... sukses terus untuk karya tulisannya ya mba mantap

    BalasHapus
  25. Ini sih bukan resensi mak tapi bedah buku. Mak Reni memang keren :))

    BalasHapus
  26. kayaknya perasaan saya bakal campur aduk kalau baca novel ini :)

    BalasHapus
  27. Teliti sekali reviewnya, hihihi. Aku kalau nulis aja masih suka typo. Harus banyak belajar, nih ;)

    BalasHapus
  28. Siip... kumpliit... Trims reviewnya, mbak Reny.. jadi sedikit lebih tahu ttg buku ini :)

    BalasHapus
  29. haduuuuh mba saya baca dulu iya panjang banget ini review :D

    BalasHapus
  30. saya baca dlu yah
    visit for Humanity #LetsHelpRohingya

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)