Judul : Jadie, tangis tanpa suara
Penulis : Torey L. Hayden
Kategori : Non Fiksi
Penerbit : Qanita
Th. Terbit : 2004 (cetakan III)
Tebal : 512 halaman
Cover : Soft Cover
Harga : Rp. 15.000,- (diskon)
Tulisan ini adalah Repost dari tulisan yang berjudul Jadie : Tangis Tanpa Suara yang telah aku posting di Blog Catatan Kecilku pada tanggal 5 Desember 2009.
Kembali membicarakan buku karya Torey Hayden yang kali ini judulnya adalah " Jadie : Tangis Tanpa Suara ". Seperti buku-buku sebelumnya, Torey menceritakan tentang pengalaman pribadinya saat menangani anak-anak "berkebutuhan khusus". Namun kali ini kisahnya lebih menegangkan dibandingkan buku-bukunya yang lain.
Kisah bermula saat Torey tiba-tiba tertarik untuk mengisi lowongan pekerjaan yang dimuat pada sebuah koran Minggu. Sebenarnya bukan lowongan yang dapat dikatakan istimewa, mengingat pada saat itu Torey sudah mapan dengan pekerjaannya sebagai koordinator riset dan terapis di Sandry Clinic. Ternyata, lowongan tengah tahun untuk mengajar di kelas anak-anak yang memiliki gangguan perilaku benar-benar membuatnya tertarik, sehingga pekerjaan di Sandry Clinic pun ditinggalkannya.
Akhirnya, Torey menjadi pengajar kelas pendidikan khusus di kota kecil Pecking. Murid yang harus dibantunya setiap hari hanya 4 orang, yaitu : Ruben (9 tahun) penderita autisme, Jadie (8 tahun) penderita kebisuan yang disengaja (elective mutism), Philip (6 tahun) kecanduan narkoba sejak dalam kandungan dan mengalami kegagalan dalam perkembangannya, serta yang terakhir adalah Jeremiah (8 tahun) yang sengaja ditempatkan di kelas khusus itu untuk menyelamatkannya dari penjara anak-anak.
Sebagaimana pengalaman sebelumnya, masa-masa awal memulai mengajar di kelas khusus membutuhkan kesabaran ekstra. Apalagi dengan gangguan perilaku yang beragam dari murid-muridnya. Namun kali ini perhatian Torey Hayden lebih banyak tertuju kepada satu-satunya murid perempuan di kelasnya, Jadie. Penyebabnya karena pada masa-masa sebelumnya Torey sudah banyak melakukan penelitian dalam kasus "elective mutism". Selain itu juga karena fisik Jadie yang seperti terlipat dua membuat Torey menduga bahwa Jadie mengidap Skoliosis (suatu kelainan bentuk pada tulang belakang dimana terjadi pembengkokan tulang belakang ke arah samping kiri atau kanan, biasanya membentuk kurva "C" atau kurva "S".).
Setelah Jadie akhirnya mau bicara, justru apa yang dibicarakannya pada Torey adalah hal-hal yang sangat menakutkan, membingungkan dan tak masuk akal. Torey hanya bisa melihat tiga kemungkinan untuk menjelaskan 'misteri' kehidupan Jadie, yaitu :
Kehidupan Jadie seolah terselimuti misteri. Begitu banyak tabir yang tak dapat dikuak. Apalagi ternyata Jadie sebenarnya bukanlah penderita Skoliosis karena mampu berdiri tegak. Ketidakjelasan dan kurangnya bukti yang mendukung cerita Jadie, membuat Torey kesulitan mencari bantuan. Banyak celah yang tak masuk akal dalam cerita-cerita Jadie.
Walaupun kisah Jadie sangat membingungkan, namun Torey tahu bahwa Jadie sangat butuh pertolongan. Hal itu diketahui Torey dari cerita-cerita Jadie yang menyeramkan dan sulit dipercaya. Selain itu sebuah rekaman video yang dibuat Jadie secara sembunyi-sembunyi menguatkan hal itu ditambah dengan pernyataan Jadie yang menginginkan Torey sebagai Tuhan.
Masalah Jadie semakin rumit setelah ada indikasi mistik dan "aliran setan" di dalamnya. Beberapa cerita Jadie seolah mengarah pada ritual mistis aliran tertentu yang sangat mengerikan. Apalagi setelah boneka yang selama ini diidentikkan sebagai pengganti Torey, ternyata rusak terlindas ban mobil Torey. Kecurigaan tentang bagaimana boneka itu bisa sampai terlindas, membuat dugaan bahwa boneka itu adalah "voodoo". Hal itu tentu saja sangat meresahkan Torey.
Dugaan bahwa ada mistik dalam kehidupan Jadie semakin menguat setelah Torey mengetahui bahwa guru June (guru yang digantikan Torey) meninggal akibat bunuh diri. Pertanyaan mengapa guru June sampai bunuh diri benar-benar mengganggu Torey. Apakah dia bunuh diri karena frustrasi menghadapi masalah Jadie ? Ataukah dia tak sanggup menghadapi keanehan sikap Jadie yang cenderung 'menakutkan' ? Ataukah dia korban voodoo juga..?
Ketika akhirnya usaha 'penyelamatan' terhadap Jadie dilakukan oleh pihak-pihak yang berwenang (kepolisian dan dinas sosial), masih saja belum diperoleh bukti nyata tentang adanya penyiksaan atau pelecehan seksual. Torey bahkan sempat merasa takut jika apa yang diyakininya tentang masalah yang menimpa Jadie adalah salah. Namun secarik kertas dari Jadie yang bertuliskan "Terima Kasih" serta senyum di bibir Jadie meyakinkan Torey bahwa dia telah melakukan hal yang benar. Meskipun begitu, masih banyak misteri kehidupan Jadie yang tak mampu terpecahkan oleh Torey.
Komentar yang masuk untuk tulisan tersebut:
Kembali membicarakan buku karya Torey Hayden yang kali ini judulnya adalah " Jadie : Tangis Tanpa Suara ". Seperti buku-buku sebelumnya, Torey menceritakan tentang pengalaman pribadinya saat menangani anak-anak "berkebutuhan khusus". Namun kali ini kisahnya lebih menegangkan dibandingkan buku-bukunya yang lain.
Kisah bermula saat Torey tiba-tiba tertarik untuk mengisi lowongan pekerjaan yang dimuat pada sebuah koran Minggu. Sebenarnya bukan lowongan yang dapat dikatakan istimewa, mengingat pada saat itu Torey sudah mapan dengan pekerjaannya sebagai koordinator riset dan terapis di Sandry Clinic. Ternyata, lowongan tengah tahun untuk mengajar di kelas anak-anak yang memiliki gangguan perilaku benar-benar membuatnya tertarik, sehingga pekerjaan di Sandry Clinic pun ditinggalkannya.
Akhirnya, Torey menjadi pengajar kelas pendidikan khusus di kota kecil Pecking. Murid yang harus dibantunya setiap hari hanya 4 orang, yaitu : Ruben (9 tahun) penderita autisme, Jadie (8 tahun) penderita kebisuan yang disengaja (elective mutism), Philip (6 tahun) kecanduan narkoba sejak dalam kandungan dan mengalami kegagalan dalam perkembangannya, serta yang terakhir adalah Jeremiah (8 tahun) yang sengaja ditempatkan di kelas khusus itu untuk menyelamatkannya dari penjara anak-anak.
Sebagaimana pengalaman sebelumnya, masa-masa awal memulai mengajar di kelas khusus membutuhkan kesabaran ekstra. Apalagi dengan gangguan perilaku yang beragam dari murid-muridnya. Namun kali ini perhatian Torey Hayden lebih banyak tertuju kepada satu-satunya murid perempuan di kelasnya, Jadie. Penyebabnya karena pada masa-masa sebelumnya Torey sudah banyak melakukan penelitian dalam kasus "elective mutism". Selain itu juga karena fisik Jadie yang seperti terlipat dua membuat Torey menduga bahwa Jadie mengidap Skoliosis (suatu kelainan bentuk pada tulang belakang dimana terjadi pembengkokan tulang belakang ke arah samping kiri atau kanan, biasanya membentuk kurva "C" atau kurva "S".).
Setelah Jadie akhirnya mau bicara, justru apa yang dibicarakannya pada Torey adalah hal-hal yang sangat menakutkan, membingungkan dan tak masuk akal. Torey hanya bisa melihat tiga kemungkinan untuk menjelaskan 'misteri' kehidupan Jadie, yaitu :
- Jadie adalah anak yang sangat terganggu jiwanya, dunia dalam dirinya adalah gabungan dari halusinasi dan pikiran yang bersifat skizofrenia yang menakutkan dan terpecah-pecah
- Ia pernah mengalami kejadian yang menimbulkan trauma dan dikompensasikan dengan menciptakan dunia fantasi luar biasa yang melindunginya dari dunia nyata.
- Ia anak normal yang terperangkap jaringan pembunuhan dan penyiksaan yang sangat keji, namun tak ada orang yang percaya padanya. (hal 267)
Kehidupan Jadie seolah terselimuti misteri. Begitu banyak tabir yang tak dapat dikuak. Apalagi ternyata Jadie sebenarnya bukanlah penderita Skoliosis karena mampu berdiri tegak. Ketidakjelasan dan kurangnya bukti yang mendukung cerita Jadie, membuat Torey kesulitan mencari bantuan. Banyak celah yang tak masuk akal dalam cerita-cerita Jadie.
Walaupun kisah Jadie sangat membingungkan, namun Torey tahu bahwa Jadie sangat butuh pertolongan. Hal itu diketahui Torey dari cerita-cerita Jadie yang menyeramkan dan sulit dipercaya. Selain itu sebuah rekaman video yang dibuat Jadie secara sembunyi-sembunyi menguatkan hal itu ditambah dengan pernyataan Jadie yang menginginkan Torey sebagai Tuhan.
"Tolong aku," kata Jadie, nyaris mendesah. "Tolong aku, tolong aku, tolong aku, tolong aku, tolong aku.." Makin dekat dan lebih dekat lagi sampai yang terlihat di layar hanya sebentuk bibir mengucapkan kata yang sama berulang-ulang. (hal. 78)
"Tapi kau pasti bisa. Aku tahu kau bisa. Kau kan Tuhan." (hal. 318)
"Tapi aku ingin kau menjadi Tuhan," katanya, dan larut kembali dalam tangis. (hal. 319)
Masalah Jadie semakin rumit setelah ada indikasi mistik dan "aliran setan" di dalamnya. Beberapa cerita Jadie seolah mengarah pada ritual mistis aliran tertentu yang sangat mengerikan. Apalagi setelah boneka yang selama ini diidentikkan sebagai pengganti Torey, ternyata rusak terlindas ban mobil Torey. Kecurigaan tentang bagaimana boneka itu bisa sampai terlindas, membuat dugaan bahwa boneka itu adalah "voodoo". Hal itu tentu saja sangat meresahkan Torey.
Dugaan bahwa ada mistik dalam kehidupan Jadie semakin menguat setelah Torey mengetahui bahwa guru June (guru yang digantikan Torey) meninggal akibat bunuh diri. Pertanyaan mengapa guru June sampai bunuh diri benar-benar mengganggu Torey. Apakah dia bunuh diri karena frustrasi menghadapi masalah Jadie ? Ataukah dia tak sanggup menghadapi keanehan sikap Jadie yang cenderung 'menakutkan' ? Ataukah dia korban voodoo juga..?
Ketika akhirnya usaha 'penyelamatan' terhadap Jadie dilakukan oleh pihak-pihak yang berwenang (kepolisian dan dinas sosial), masih saja belum diperoleh bukti nyata tentang adanya penyiksaan atau pelecehan seksual. Torey bahkan sempat merasa takut jika apa yang diyakininya tentang masalah yang menimpa Jadie adalah salah. Namun secarik kertas dari Jadie yang bertuliskan "Terima Kasih" serta senyum di bibir Jadie meyakinkan Torey bahwa dia telah melakukan hal yang benar. Meskipun begitu, masih banyak misteri kehidupan Jadie yang tak mampu terpecahkan oleh Torey.
Komentar yang masuk untuk tulisan tersebut:
- SeNjA5 Desember 2009 21.24pertamaxxxx......
- dijual gak mba? mw donk,,, sms aku ya
089660288275. makasih